Kelestarian Hutan Dan Air

Hutan dan segala vegetasinya mempunyai keterkaitan erat dengan tanah dan air. Apa yang terjadi dengan hutan akan berpengaruh pada tanah dan tatanan air. Sebaliknya jenis tanah dan pola tatanan air akan sangat mempengaruhi kelangsungan hutan. Oleh karena itu pengelolaan hutan dengan baik secara terpadu   juga merupakan upaya konservasi tanah dan air. Indonesia memiliki puluhan daerah aliran sungai (DAS ) yang mempunyai kaitan erat dengan masalah konservasi tanah dan air, dimana hutan merupakan penyangga utamanya.

Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa sejalan dengan meningkatnya kerusakan hutan dan pola tata guna lahan di bagian hulu DAS, terjadi pula kemunduran kualitas beberapa sungai dengan banyaknya endapan lumpur dan air sungai. Hutan memiliki kemampuan untuk meningkatkan laju serapan air ke dalam tanah sehingga simpanan air menjadi lebih besar yang itu berarti memperbesar aliran air pada musim kemarau, dimana saat-saat seperti itu air sangat dibutuhkan. Hal ini yang perlu dipertimbangkan pula adalah bahwa tidak benar fungsi perlindungan hutan terhadap erosi diperankan oleh pohon-pohon yang besar dan tinggi.

Dalam penelitian bahwa pembuangan tumbuhan bawah dengan tidak mengganggu pohon-pohonan hutan menaikkan erosi dua sampai setengah kali. Sedangkan apabila dengan bersamaan pembuangan tumbuhan bawah dan seresah maka akan meningkat erosi 40-150 kali. Jadi fungsi terpenting perlindungan tanah oleh hutan tidak dilakukan oleh pohon-pohon melainkan seresah dan tumbuhan bawah. Dengan demikian dalam program penghijauan atau reboisasi hal-hal yang berkaitan dengan curah hujan, kemiringan lahan dan factor iklim yang lain harus menjadi pertimbangan sehingga hutan yang kita tujukan untuk kepentingan perlindungan tanah dan air tidak justru merugikan.

Pengaruh hutan terhadap iklim  pemanasan global, dengan meningkatnya kegiatan manusia dibumi, dengan banyaknya pembakaran hutan, penebangan pohon yang sembarangan akan mengakibatkan karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan terlepas ke atmosfir dan kemampuan bumi (tumbuhan) dalam mnyerap CO2 dalam fotosintesis menjadi berkurang. Akibatnya akumulasi CO2 di atmosfir semakin meningkat dengan kemampuan menahan sinar gelombang panjang yang semakin besar, sehingga suhu permukaan bumi semakin meningkat.

Hutan sebagai gudang keanekaragaman hayati,. Hutan tropic Indonesia diperkirakan mengandung 10% dari semua jenis tumbuhan yang ada di bumi. 12% dari semua jenis hewan menyusui, 16% dari jenis hewan malate dan 17% dari semua jenis burung. Dari sekian banyak jumlah tersebut baru sedikit yang telah dieksploitasi untuk kepentingan kesejahteraan manusia, karenanya perusakan hutan tersebut harus dikendalikan semaksimal mungkin.

Kebijakan pemerintah untuk tidak membangun kawasan hutan tanaman industry di hutan alam yang masih lestari merupakan kebijakan yang tepat. Karena pembangunan hutan tanaman industry di hutan alam tersebut kan dapat mengurangi keanekaragaman hayati yang ada. Perlunya konservasi hutan berkaitan dengan fungsi hutan sebagai plasmanutfah dimana hal ini sangat dibutuhkan dalam upaya rekayasa pemuliaan di bidang pertanian, peternakan, kesehatan, perikanan dan sebagainya.

                Keaneka ragaman hayati dalam hutan telah memberikan spectrum fungsi hutan yang lebih luas ini belum cukup disadari, tanpa kita perhitungkan secara akademik, kita telah menempuh jalan pintas untuk mengeksploitasinya.

 

Oleh : Sayit Riyadi,Sp.